Tindakan Antikritik Pemerintah terhadap Kreativitas Masyarakat

 


Di Indonesia, kebebasan berekspresi melalui seni sering kali terancam oleh tindakan pemerintah yang antikritik. Berbagai insiden mural yang hilang dan pembatalan pameran seni telah menciptakan iklim yang menekan kreativitas masyarakat. Artikel ini akan membahas beberapa peristiwa penting yang menunjukkan dinamika ini.

Insiden Mural

1. Mural Jokowi 404: Not Found (Agustus 2021)


Sebuah mural yang menggambarkan wajah mantan presiden Joko Widodo di Batucerpen, Kota Tangerang, secara tiba-tiba dihapus oleh aparat. Mural ini menjadi simbol pengekangan terhadap kritik masyarakat dan menunjukkan keterbatasan ruang untuk mengekspresikan pandangan.

2. Mural Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit (Agustus 2021)

Di Pasuruan, pemerintah menghapus mural yang bertuliskan "Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit". Tindakan ini dianggap melanggar peraturan daerah dan mengundang kecaman, mengingat pesan ini mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi kesehatan dan kebijakan pemerintah.

3. Mural Jokowi Game Over (1 Oktober 2021)

Di Bandung, mural yang menyiratkan wajah Jokowi juga dihapus. Mural ini muncul setelah ada upaya pelemahan KPK yang berujung pada pemecatan pegawai, menunjukkan hubungan erat antara seni dan politik dalam konteks kritik sosial.

Pembatalan Pameran Seni

Pembatalan Pameran Lukisan Yos Suprapto (19 Desember 2024)



Pameran lukisan pelosok Yogyakarta yang diadakan oleh Yos Suprapto dibatalkan beberapa menit sebelum dibuka. Tema "Kebangkitan: Tanah untuk Keadilan Pangan" mencerminkan isu-isu penting tetapi dianggap provokatif oleh pemerintah.

Kejadian Terbaru

Teater Wawancara Mulyono (15 Februari 2025)

Teater Payung Hitam mengalami kesulitan saat melaksanakan lakon terbaru di Studio Teater ISBI Bandung. Pintu masuknya disegel dengan dua gembok, menyiratkan adanya penekanan terhadap bentuk seni pertunjukan.

Kasus Band Sukatani (20 Februari 2025)


Band asal Purbalingga, Sukatani, mengalami represi dari pihak kepolisian saat mencoba menyuarakan kritik melalui lagu "Bayar Bayar Bayar". Mereka juga menyuarakan ketidakpuasan terhadap tindakan polisi via Instagram.

Kesimpulan

Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan betapa kritisnya situasi seni dan kreatifitas masyarakat di Indonesia. Pengekangan terhadap ekspresi seniman menimbulkan keprihatinan dan menuntut perhatian lebih dari semua pihak.


Posting Komentar

0 Komentar