Selama ribuan tahun, kuda telah menjadi mitra penting bagi manusia, digunakan untuk transportasi, pertanian, dan bahkan peperangan. Namun, ada kerabat dekat kuda di Afrika yang memiliki keunggulan, yaitu ketahanan terhadap lalat tsetse yang mematikan bagi kuda: zebra. Dengan corak mencolok dan kecepatan lari yang mengesankan, zebra tampak memiliki potensi untuk dijinakkan sebagai hewan tunggangan atau penarik beban. Namun, sejarah mencatat bahwa semua upaya untuk menjinakkan zebra, dari eksperimen bangsawan Eropa hingga proyek kolonial di Afrika, pada akhirnya gagal. Mengapa zebra begitu sulit didomestikasi?
Upaya Domestikasi Zebra: Dari London hingga Afrika Timur
Sejarah menunjukkan keseriusan manusia dalam mencoba menjinakkan zebra, bahkan sebelum ilmu perilaku hewan berkembang.
 * Lord Walter Rothschild: Di Inggris pada akhir abad ke-19, bangsawan eksentrik dan naturalis Lord Walter Rothschild melatih enam zebra untuk menarik keretanya sebagai bentuk "protes halus" terhadap pandangan umum yang menganggap zebra mustahil dijinakkan. Meskipun aksinya menjadi sensasi di jalanan London, zebra-zebra tersebut hanya hasil dari pelatihan individual yang intensif dan tidak pernah berkembang menjadi populasi jinak yang dapat diternakkan secara berkelanjutan.
 * Pemerintah Kolonial Jerman: Di Afrika Timur pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial Jerman di Tanganyika (sekarang Tanzania) mencoba menjinakkan zebra untuk memanfaatkan ketahanan mereka terhadap lalat tsetse. Namun, sebagian besar zebra yang ditangkap tetap agresif, mudah panik, dan rentan terhadap capture myopathy, yang mengakibatkan tingginya tingkat kematian. Proyek ini akhirnya dihentikan karena biaya perawatan dan risiko cedera yang jauh lebih besar daripada manfaatnya.
Kedua kisah ini membuktikan bahwa kegagalan domestikasi zebra bukan disebabkan oleh kurangnya teknologi, melainkan karena kombinasi sifat biologis dan perilaku zebra yang tidak mendukung proses tersebut.
Faktor-Faktor Penghambat Domestikasi Zebra
Penelitian perilaku hewan menjelaskan bahwa hewan yang berhasil didomestikasi seperti kuda, sapi, dan anjing memiliki sifat-sifat unggul seperti temperamen yang relatif tenang, struktur sosial hierarkis yang stabil, dan kemampuan berkembang biak dengan cepat. Zebra tidak memenuhi kriteria penting ini.
 * Temperamen Reaktif: Zebra memiliki insting "kabur dulu, pikir kemudian" sebagai strategi bertahan hidup di habitat yang penuh predator. Penelitian menunjukkan bahwa jarak aman (FID) zebra lebih jauh dibandingkan kuda, menandakan bahwa zebra tidak mudah terbiasa dengan kehadiran manusia.
 * Capture Myopathy: Secara fisiologis, tantangan terbesar adalah capture myopathy, kondisi mematikan akibat stres ekstrem saat hewan ditangkap atau dipindahkan. Zebra sangat rentan terhadap kondisi ini, menjadikannya penghalang penting dalam domestikasi.
 * Struktur Sosial yang Cair: Zebra, terutama spesies Grévy, hidup dalam kelompok tanpa pemimpin tetap. Berbeda dengan kuda liar yang memiliki hierarki stabil, zebra Grévy membentuk kelompok sementara yang sering berubah. Ketiadaan hierarki ini membuat manusia tidak dapat mengambil peran sebagai pemimpin kawanan, sehingga pelatihan harus dilakukan per individu, yang tidak efisien untuk domestikasi massal.
Kesimpulan
Gagalnya domestikasi zebra bukanlah karena kurangnya upaya manusia, melainkan karena sifat bawaan mereka, termasuk temperamen reaktif, fisiologi yang rentan stres, dan struktur sosial yang tidak mendukung. Kegagalan ini menjadi bukti bahwa tidak semua hewan cocok untuk domestikasi. Para ahli biologi menyatakan bahwa zebra lebih cocok untuk tetap menjadi satwa liar.